Pembibitan Tanaman JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus) (Roxb.) Havil

Dalam kegiatan penyiapan bibit di persemaian paling tidak ada 3 tahapan pertumbuhan yang harus dilalui untuk mendapatkan bibit Jabon merah siap tanam yaitu: tahap perkecambahan, tahap penyapihan dan tahap pembesaran. Masing-masing tahapan mempunyai syarat tumbuh dan perlakuan yang berbeda satu sama lainnya.


4.1  Tahap Perkecambahan



4.1.1 Persiapan benih


Hal yang perlu dipastikan pada awal kegiatan pembuatan persemaian adalah ketersediaan/kecukupan stok benih serta rencana target jumlah bibit yang akan dibuat. Kebutuhan benih harus diperhitungkan sesuai target pembuatan bibit. Benih harus dapat dipastikan tersedia dalam jumlah yang mencukupi, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Bila terlalu banyak yang disemaikan akan banyak pula yang terbuang.


4.1.2 Persiapan media dan wadah perkecambahan


Media yang cukup baik untuk perkecambahan Jabon merah adalah media pasir halus atau pasir halus campur dengan pupuk kandang halus dengan perbandingan 1 : 1. Wadah media perkecambahan dapat digunakan plastik mika yang biasa digunakan untuk kemasan kue/roti dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Wadah tersebut cukup efektif dan efisien untuk mengecambahkan benih Jabon yang berukuran sangat kecil. Agar air bisa mengalir, bagian dasar wadah   dibuat beberapa lubang dengan paku atau alat lainnya. Media dimasukkan dan diratakan dalam

 wadah dengan ketebalan kurang lebih 5 cm. Wadah perkecambahan dapat ditempatkan langsung di atas tanah/lantai atau di atas dudukan (rak/meja). Perkecambahan di atas rak memberikan hasil yang lebih baik terutama dalam keamanannya terhadap gangguan hama maupun penyakit. Apabila perkecambahan diletakkan di atas tanah, harus dapat dipastikan keamanannya dari kemungkinan gangguan hama maupun penyakit (Gambar 13).

Gambar 13. Penyiapan media dan wadah perkecambahan

4.1.3 Penaburan benih


Sebelum penaburan benih dilakukan, media tabur disterilisasi dengan disiram larutan fungisida sampai merata dan  jenuh. Banyak fungsida yang bisa digunakan untuk sterilisasi media, salah satunya adalah Dithane M45. Penaburan benih dilakukan kemudian setelah larutan fungisida benar-benar tuntas dari media (Gambar 14).

Gambar 14. Proses  penaburan benih

Karena benih Jabon merah berukuran sangat kecil dan lembut, supaya lebih merata penaburan bisa dilakukan dengan terlebih dahulu dicampur dengan pasir halus  setelah itu baru ditaburkan merata di atas media. Setelah benih tertabur kemudian dilakukan sterilisasi kembali dengan menggunakan semprotan lembut/pengabut (sprayer) pada permukaan media, seluruh bagian wadah dan lingkungan sekitar wadah. Setelah wadah ditutup,  wadah tersebut ditutupi/diselimuti  lagi dengan lembaran plastik transparan. Penutupan plastik tersebut bertujuan untuk memastikan wadah tetap tertutup agar kelembaban di dalam bak tabur tetap terjaga dan mencegah gangguan hama maupun penyakit.


4.1.4 Pemeliharaan kecambah

Pada umumnya benih mulai berkecambah setelah 5 – 7 hari setelah penaburan. Kegiatan pemeliharaan perkecambahan di bak tabur harus dilakukan setiap saat antara lain dengan pemberian naungan, penyiraman yang cukup untuk mempertahankan kelembaban dan pengendalian hama penyakit. Pemeliharaan diperlukan untuk mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap kondusif sehingga kecambah dapat tumbuh normal, sehat dan siap disapih. Kecambah dikatakan normal dan sehat bila proposi tinggi dan besarnya batang seimbang , utuh/tidak cacat dan tidak ada tanda serangan hama - penyakit (Gambar 15).

 Gambar 15. Contoh perkecambahan yang normal dan bahan – alat untuk pemeliharaan

Hal lain yang sangat penting dan harus diwaspadai adalah serangan penyakit busuk akar (dumping off ) yang dapat muncul tiba-tiba dan mampu mematikan kecambah dengan jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut perlu dilakukan penyemprotan setiap saat dengan fungisida (misal Dithane M45) maupun bakterisida (misal Agrept) secara bergantian. Selain penyakit tersebut hal lain yang juga perlu diwaspadai adalah serangan hama seperti:  belalang , semut, ulat maupun juga bekicot yang dapat memakan dan merusak kecambah.

4.2 Tahap Penyapihan

4.2.1 Persiapan media sapih dan wadah media (container)

Media sapih dipersiapkan sebelum kegiatan penaburan benih dilakukan. Secara umum media harus memenuhi beberapa persyaratan seperti: murah dan mudah didapat, porous, ringan, kompak/mampu menopang bibit, bebas gulma, bersifat netral, mampu menahan air dan kandungan unsur hara mencukupi (media persemaian konvensional). Media sapih harus cukup matang/siap tanam di dalam wadah agar kecambah yang baru disapih dapat segera beradaptasi dan tumbuh dengan normal. Beberapa contoh pilihan media untuk penyapihan bibit Jabon merah adalah:

1.   Persemaian sederhana (konvensional):

Kombinasi top soil (tanah lapisan atas) - kompos/pupuk kandang- pasir (komposisi 3:2:1 )

2.   Persemaian moderen/semi moderen:

Kombinasi cocopeat (serbuk sabut kelapa) – arang sekam – kompos/

pupuk kandang (komposisi 1 : 1 : 1)

Dengan pertimbangan untuk konservasi lingkungan, gambut tidak lagi diperkenankan     untuk      digunakan     sebagai     media     sapih.

Beberapa jenis wadah media (container) untuk penyapihan yang umum digunakan adalah: polybag (5 x 10 x 15 cm), pot trays (45 pot per tray, volume 200cc/pot) dan poly tube (volume 90 cc/tube atau 50 cc/ tube). Wadah polybag banyak digunakan pada persemaian konvensional semantara pottray dan polytube umumnya digunakan pada persemaian moderen dan semi moderen.


Media diisikan kedalam wadah sampai penuh dan kompak. Wadah kemudian disusun di dalam bedeng pada areal di bawah naungan sarlon/shading net. Intensitas cahaya di bawah naungan berkisar antara

60%-80%. Wadah kemudian ditutup sungkup dengan sungkup plastik

transparan dengan tujuan untuk mempertahankan kelembaban sekaligus melindungi bibit dari percikan hujan dan gangguan hama penyakit.

4.2.2 Penyapihan

Saat yang paling ideal untuk penyapihan semai Jabon merah adalah saat semai berumur 25 – 30 hari setelah penaburan. Normalnya pada saat itu semai masih berbentuk kecambah dengan sekitar dua daun. Penyapihan fase ecambah dengan 2 daun memberikan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Sebelum dilakukan penyapihan, kecambah sebaiknya dikondisikan terlebih dahulu agar bisa beradaptasi pada lingkungan yang baru (Gambar 16).

 

Metode penyapihan yang baik dilakukan dengan membawa wadah kecambah ke tempat wadah media penyapihan ditempatkan. Kegiatan penyapihan sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam 07.00 –

09.00 dan sore hari antara jam 15.00 – 17.00. Pada saat tersebut suhu

udara tidak terlalu menyengat diharapkan tidak menimbulkan stress berlebihan pada kecambah yang baru disapih dan tenaga persemaian juga lebih nyaman sehingga bisa lebih fokus dan teliti dalam pelaksanaan penyapihan.


Untuk memudahkan dalam pencabutan kecambah, sebaiknya wadah kecambah dibasahi dengan larutan fungisida terlebih dahulu sehingga medianya benar-benar jenuh agar akar kecambah tidak putus atau rusak pada saat dicabut. Pencabutan dilakukan secara ekstra hati-hati dan dapat mengunakan alat bantu seperti pinset atau sejenisnya untuk mencongkel. Kecambah ditanam di media sapih yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan air dan dibuatkan lubang dengan menggunakan stik kayu dan diperkirakan dengan kedalaman sebatas leher akar dan dipadatkan kembali sampai rapat dan tidak goyah. Untuk mencegah stress sekaligus melindungi kecambah dari gangguan penyakit, setelah penyapihan selesai dilakukan penyemprotan fungisida dengan menggunakan sprayer dan disungkup dengan sungkup plastik (Gambar 17). Penyemprotan dilakukan juga pada bedeng , sungkup dan lingkungan bibit tersebut.

 Gambar 17. Pertumbuhan bibit sapihan pada polybag dan pottrays

.3 Tahap Pemeliharaan  dan Pembesaran

Waktu yang dibutuhkan dari penaburan benih hingga bibit siap tanam di lapangan (asumsi tinggi bibit 30 – 50 cm) untuk Jabon merah idealnya adalah sekitar 5-6 bulan. Kegiatan pemeliharaan bibit di persemaian sangat menentukan keberhasilan pembuatan bibit. Secara umum pemeliharaan bibit di persemaian meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut ;

4.3.1 Penyungkupan dan penaungan

Penempatan bibit di dalam sungkup plastik dilakukan selama 1 bulan pertama dan di areal naungan selama 1,5 - 2 bulan, selanjutnya persemaian di buka tanpa naungan sampai bibit siap tanam. Untuk penaung tidak harus menggunakan sarlon atau paranet bisa juga menggunakan bahan lainnya seperti daun kelapa, alang-alang atau jenis lainnya. Naungan disini berfungsi sebagai peneduh bibit supaya tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari dan mencegah terkena kucuran air hujan secara langsung , dimana pada umur tersebut bibit masih relatif kecil (Gambar 18abc).

4.3.2 Penyiraman

Penyiraman sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, pagi sekitar jam 07.00 –

09.00 dan sore sekitar jam 15.00 – 17.00 dan bisa juga lebih tergantung kebutuhan bibit pada saat itu. Penyiraman dilakukan dengan memberikan siraman air pada bibit secukupnya tidak kurang dan tidak boleh lebih. Pada tahap awal agar tidak merusak bibit yang baru disapih atau yang masih kecil sebaiknya penyiraman dilakukan dengan menggunakan sistem pangabutan dan setelah bibit cukup umur dan dirasa kuat, dapat disiram  langsung dengan  selang yang  dikabutkan  (Gambar  18b).

 

Gambar 18. Penyungkupan, penyiraman dan penaungan sapihan

4.3.3 Penyiangan rumput

Rumput atau gulma di sekitar polybag atau bedengan sangat menggagu pertumbuhan bibit di persemaian. Selain rumput yang tumbuh juga lumut yang terbentuk di lapisan tanah yang ada di polybag. Penyiangan rumput dilakukan setiap saat dari awal penyapihan sampai bibit siap tanam di lapangan. Penyiangan rumput dilakukan pada polybag dan sekitar bedengan, hal ini dimaksudkan kalau kondisi bersih bisa mencegah timbulnya penyakit dan serangan hama seperti jangkrik, belalang dan siput yang akan merusak semai.

4.3.4 Penyulaman

Penyulaman sebaiknya segera dilakukan  apabila ada bibit yang mati. Penyulaman dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyapihan sampai kecambah benar-benar sudah habis dan tidak bersisa lagi. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kecambah yang tersisa dan bibit yang dihasilkan nantinya relatif seragam.

4.3.5 Pemupukan

Pemupukan di persemaian diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara untuk pertumbuhan semai. Pemupukan juga merupakan cara untuk memacu pertumbuhan semai. Jenis pupuk yang cukup baik digunakan.

adalah NPK dengan dosis pemakaian 6 gram yang dilarutkan pada 1 liter air. Larutan pupuk tersebut dituangkan ke media sapih dengan mengunakan alat gembor kecil. Air pupuk tidak boleh terkena daun karena bisa mengakibatkan daun kering dan rontok. Meskipun tidak menyebabkan kematian, tetapi pertumbuhan bibit akan terhambat sekitar 1-2 minggu dan kemudian pertumbuhan kembali normal seiering dengan munculnya tunas daun baru.

Untuk  kepentingan memacu pertumbuhan bibit Jabon merah di persemaian (bilamana diperlukan), pemupukan dapat dilakukan dengan dosis dan frekuensi sebagai berikut :

1.   Bibit umur 1 bulan setelah penyapihan :

2.   6 gram NPK x 1 liter air dicampur hingga merata, dilakukan seminggu 1x.

3.   Bibit umur 2 bulan setelah penyapihan:

4.   12 gram NPK x 1 liter air dicampur hingga merata, dilakukan seminggu 2x.

5.   Pemupukan dihentikan 1 bulan sebelum dilakukan penanaman di lapangan, dengan tujuan supaya bibit diharapkan bisa menyesuaikan kondisi lapangan yang sebenarnya.

4.3.6 Pencegahan dan penanggulangan serangan hama dan penyakit

Pecegahan leih baik dari pada penanggulangan. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit sanitasi semai dan lingkungannya sangat penting. Demikian pula petugas dan alat alat yang digunakan sedapat mungkin bebas dari kemungkianan kontaminasi. Lingkungan harus dapat dikondisikan selalu bersih, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup memadai dan tidak lembab. Secara rutin penyemprotan dengan fungisida juga perlu dilakukan untuk mencengah timbulnya serangan secara  mendadak.

 Gambar 19. Beberapa contoh hama di persemaian

Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan apabila terdapat tanda- tanda adanya serangan hama dan penyakit pada daun dan batang tanaman (Gambar 19). Untuk itu diperlukan kejelian dalam pengawasan sehingga bisa diketahui sedini mungkin bila terjadi serangan. Untuk serangan penyakit jamur dan jenis lainnya biasanya digunakan fungisida jenis Dithane M-45, Benlate maupun Ridomil 2 G. Sementara untuk serangan hama dapat digunakan insektisida jenis Decis, Basudin maupun Supracide. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan lingkungan persemaian yang bersih dan baik.

4.3.7 Seleksi dan Penjarangan.

Dalam pertumbuhannya bibit Jabon merah sangat membutuhkan sinar matahari. Bibit yang tertekan akan sulit bersaing dengan bibit yang tumbuh dominan. Seleksi bibit di persemaian dilakukan dengan tujuan mendapatkan bibit yang seragam sekaligus juga untuk mengurangi persaingan antar bibit tersebut. Penjarangan dilakukan pada saat bibit sudah tumbuh lebih besar dan membutuhkan ruang tumbuh yang lebih luas agar bibit tidak bengkok, miring ataupun patah (Gambar 20).

Bibit siap tanam dicirikan dengan tinggi sekitar 30 – 50 cm, akar kuat dan kompak, batang kokoh, pertumbuhan daun sehat dan segar. Pengepakan bisa dilakukan dengan menggunakan kotak kayu atau plastik, kantong plastik maupun wadah lainnya. Sebelum diangkut bibit sebaiknya disiram terlebih dahulu secara sempurna. Dalam pengangkutan sangat diperlukan kehati-hatian terutama saat bongkar muat agar bibit tidak mengalami kerusakan.



 





 






I BUILT MY SITE FOR FREE USING