Sumber benih adalah suatu individu atau tegakan baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun khusus untuk dikelola guna memproduksi benih bermutu.
Sumber benih merupakan suatu tempat dimana koleksi benih dilakukan. Perbedaan potensi genetik yang dimiliki diantara sumber benih yang berbeda, seringkali sangat besar dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan kualitas tegakan yang dihasilkan dalam program pembangunan hutan tanaman. Kegagalan dalam pembangunan HTI yang disebabkan karena keslahan dalam penggunaan sumber benih, besar kemungkinan karena keterbatasan informasi dan pengetahuan terhadap kualitas sumber benih yang tersedia dan diinginkan oleh para pengguna. Kualitas sumber benih tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga benih sehingga menjadi lebih mahal. Namun demikian, harga benih pada umumnya tidak akan melebihi 5 % dari biaya total pembuatan tanaman, akan tetapi akan menghasilkan tegakana dengan peningkatan yang jauh lebih besar (Leksono, 2004).
Untuk menghindari timbulnya kerugian yang tidak diinginkan dikemudian hari, perlu diketahui sumber benih yang tersedia dan sesuai dengan tapak dimana jenis tanaman tersebut akan dikembangkan. Pengetahuan mengenai sumber benih tersebut juga akan bermanfaat terhdap persiapan dan strategi yang harus dilakukan sebelum diperoleh suber benih yang diinginkan. Dalam Anonim (2004) disebutkan beberapa klasifikasi sumber benih yang seharusnya dijadikan sebagai pedoman dalam pembangunan hutan tanaman, yaitu :
Kebun Benih Teridentifikasi (Identified seed stand)
Tegakan benih teridentifikasi adalah suatu tegakan alam atau tanaman dengan kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat teridantifikasi dengan tapat. Tegakan ini dibangun dengan tidan direncanakan sebagai sumber benih. Asal-usul benihnya biasanya tidak diketahui. Tegakan yang diidentifikasi umumya tegakan yang sudah tua, maka penjarangan pada tegakan ini hanya seperlunya dengan intensitas yang rendah.
Kebun Benih Terseleksi (Selected seed stand)
Tegakan benih terseleksi adalah tegakan alam atau tanaman, dimana pohon-pohonnya memiliki fenotipe di atas rata-rata untuk karakter yang penting seperti batang lurus, tidak cacat dan percabangan ringan. Tegakan ini mirip dengan tegakan benih teridentifikasi. Perbedaan utama adalah fenotipe tegakan yang lebih baik (di atas rata-rata).
Areal Produksi Benih (Seed production area)
Suatu tegakan yang dipilih dan direkomendasikan untuk memproduksi bahan reproduktif berdasarkan kriteria fenotipe. Tegakan terpilih karena sebagian besar pohon-pohonnya memiliki karakter dengan fenotipe unggul seperti pertumbuhannya cepat, kualitas batang baik, tahan terhadap penyakit, sedangkan tingkat pengendalian genetik dari suatu karakter dan diferensiasi genetik terhadap populasi lain pada umumnya tidak diketahui. Faktor lain yang dijadikan pertimbangan adalah ukuran populasi, kerapatan awal dari populasi, jaalur isolasi sekeliling populasi, aksesibilitas dan kemungkinan untuk melakukan perlindungan hutan.
Kegiatan penjarangan merupakan teknik silvikuktur yang sangat penting dilakukandalam suatu APB terhadap pohon-pohon pesaing dari jenis lain, pohon jenis target yang memiliki karakter inferior. Penjarangan disini berperan sebagai seleksi massa negatif, yang bertujuan untuk merubah struktur genetik populasi awal melalui seleksi massa dan mempengaruhi struktur genetik dari benih yang dihasilkan melalui perbaikan aliran serbuk sari. (Finkeldey, 2005)
Tegakan Benih Provenansi (Provenance seed stand)
Tegakan benih provenans merupakan keturunan campuran dari banyak pohon induk dari suatu populasi tunggal. Dalam pembangunan tegakan ini tidak memerlukan rancangan percobaan sehingga berbeda dengan uji provenans. Tegakan benih provenans harus diisolasi dengan tegakan lainnya agar tidak terjadi persilangan. Tujuan utama pembangunan tegakan benih provenans adalah untuk konservasi genetik secara ex-situ. Tegakan benih provenans dari provenans unggul yang sudah menghasilkan buah dapat dimanfaatkan sebagai sumber benih untuk materi pembangunan hutan tanaman.
Kebun Benih Semai (Seedling seed orchard)
Kebun benih semai dibangun untuk membentuk suatu populasi yang bertujuan untuk menghasilkan benih unggul. Pembangunan kebun benih semai tidak terpisah dari kegiatan uji lapang, selalu dikombinasikan dengan uji keturunan dari pohon induk tunggal. Kombinasi dari tujuan yang berbeda tersebut dikenal dengan istilah kebun benih semai uji keturunan. Tanaman uji keturunsn dikonversi menjadi suatu kebun benih setelah dilakukan satu atau beberapa kali penjarangan selektif. Benih secara langsung diunduh dari kebun benih untuk membangun hutan tanaman komersial.
Rancangan dari uji keturunan dapat dimodifikasi jika direncanakan untuk dikonversi menjadi kebun benih semai. Khususnya dalam hal persilangan antar pohon yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat harus dihindari dengan memisahkan secara spasial selama pengujian berlangsung. Seleksi antar famili tidak perlu intensif dalam hubungannya dengan jumlah famili yang cukup untuk dipertahankan untuk mencegah terjadinya silang dalam yang kuat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah isolasi tanaman uji keturunan dari populasi sekitarnya dengan mengatur jarak yang cukup untuk mencegah aliran serbuk sari dari luar (Finkeldey, 2005).
Kebun Benih Klon (Clonal seed orhcard)
Kebun benih klon dibangun untuk menghasilkan benih dalam jumlah yang banyak dari pohon-pohon yang bergenotipe unggul yang jumlahnya terbatas. Pohon-phon bergenotipe unggul dikloning dan beberapa copynya dikumpulkan di dalam suatu populasi. Perbanyakan vegetatif yang digunakan untuk membangun kebun benih klon umunya adalah teknik sambungan. Pada tahap awal, pohon-pohon terpilih selalu dikumpulkan di dalam suatu clonal garden, multiplication garden atau clonal archive. Kebun benih klon dirancang untuk memaksimalkan jumlah dan proporsi keturunan hasil penyerbukan silang antar dua klon ayang ada di kebun benih. Pentingnya isolasi spasial dari populasi lain denganjenis yang sama sangat tergantung pada sistem aliran gennya, yakni efisiensi dari pembawa serbuk sari.
Klon-klon selalu ditanam mengikuti rancangan tertentu yang bertujuan memaksimalkan jarak tanam antar dua ramet dari klon yang sama untuk meminimalkan terjadinya selfing dalam klon. Rancangan yanag paling sederhana adalah membagi areal kebun benih kedalam blok-blok dengan ukuran yang sama. Setiap klon hanya ditanam sekali dalam setia bloknya. Penempatan klon-klon dalam setia blok dilakukan secara acak. Rancangan lainnya adalah rancangan sistematis lebih efisien dalam memaksimalkan jarak rata-rata antar ramet dari klon yang sama sehingga proporsi selfing dalam klon dapat diminimalkan (Nester dalam Finkeldey, 2005).